Sabtu, 19 Juli 2008

Pasien Miskin Ditolak RSCM, Benarkah ?

Pasien miskin di tolak RSCM. Berita ini ramai dibicarakan beberapa hari belakangan ini. Pasien miskin yang katanya mencapai puluhan pasien itu akhirnya harus menginap di kantor Lembaga Bantuan Hukum yang memang letaknya berdekatan dengan RSCM. Berita ini kemudian menimbulkan suatu polemik yang selalu ada bila berkaitan dengan pasien miskin. Mampukah sebenarnya pemerintah lewat RS yang dipunyainya memberikan pelayanan kepada pasien miskin. Jawabannya tergantung dari sistem yang digunakan oleh pemerintah itu.
Sebagai seorang yang pernah bekerja selama 7 tahun bekerja di RSCM, baik sebagai Ko asisten saat menjalani pendidikan dokter umum dan saat menjadi residen ilmu kedokteran jiwa di tempat yang sama, saya memahami benar apa yang terjadi di RSCM berkaitan dengan pasien miskin. Sebagai garda terdepan pelayanan ke pasien, saya dan teman-teman sejawat sering mendapati kasus-kasus rujukan dari RS daerah lain yang kebetulan juga miskin.
Permasalahan menjadi rumit ketika pengiriman pasien itu tanpa menanyakan terlebih dahulu ke RSCM akan adanya tempat tersedia di bangsal RSCM. Di lain pihak, pemerintah lewat Depkes mengatakan kalau RSCM tidak boleh menolak pasien. Lalu kalau kapasitasnya memang tidak ada , mau dirawat di mana pasien tersebut?
Kita harusnya mengetahui kalau RS manapun mempunyai kapasitas maksimal yang dapat ditempati. Hal ini juga berlaku bagi RSCM. Satu hal yang membebani adalah keharusan menerima pasien itu, apalagi pasien rujukan dari daerah yang kurang spesialisasinya. Tapi ada juga rujukan yang disebabkan karena pasien adalah pasien miskin. RS lain tidak mau menerimanya dan RSCM memang terkenal sebagai RS Pusat Rujukan Nasional Untuk Orang Miskin. Satu yang perlu digarisbawahi adalah bahwa RSCM juga punya kapasitas maksimal. Sehingga ketika sekarang ini dengan pembongkaran ruang rawat lama (IRNA A dan IRNA B) kapasitas rawat akan berkurang, walaupun ada Public Wing yang baru saja diresmikan. Itu pula yang membuat akhirnya pasien seolah tidak terima oleh RSCM. Sebenarnya bukan tidak diterima tapi tidak bisa diterima karena tidak ada tempat untuk menampungnya.
Saran saya untuk ke depan adalah pemerintah harus memperkuat sistem rujukan terutama untuk RS Daerah tipe B dan C. Jangan semua pasien dikirim ke RSCM. Kita harus kembali ke definisi awal didirikannya RSCM sebagai RS Umum Pusat Rujukan Nasional. Jadi kalau memang masih bisa dilakukan di RS tipe B dan C yah tolong dilakukan di sana perawatannya. Bila memang RS Daerah itu tersebut kekurangan tenaga, saya rasa itu bisa diusahakan dengan penambahan tenaga dokter spesialis yang lebih banyak lagi di daerah.
Semoga berita RSCM TOLAK PASIEN MISKIN tidak akan ada lagi di kemudian hari.

Kamis, 10 Juli 2008

Acara Seminar Awam

Seminar Awam untuk Ibu dan Bapak
Tema "Mengenali Perkembangan Anak dan Permasalahannya"
Hari/Tanggal : Sabtu/ 26 Juli 2008
Jam : 08.00-10.00 wib
Tempat : KB/TK EFATA, Vila Melati Mas
Pembicara : dr.Andri,SpKJ ( Dokter di Klinik Kesehatan Jiwa dan Psikosomatik RS Global Medika )

Rabu, 02 Juli 2008

Lebih Jauh Lagi Tentang Psikosomatik

Apa sebenarnya Psikosomatik itu ?
1. Psikosomatik à Psiko berasal dari Psyche yang artinya Jiwa, sedang soma artinya badan, jadi ilmu ini mempelajari kaitan antara jiwa dan badan. Ilmu ini menegaskan bahwa faktor psikologis memegang peranan sangat penting dalam perkembangan semua penyakit (Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:10th Edition )
2. Konsep ini semakin berkembang dengan perkembangan ilmu kedokteran yang saat ini berdasarkan pendekatan BIOPSIKOSOSIAL. Hal ini berarti suatu gangguan kesehatan haruslah dilihat sebagai suatu keadaan yang dipengaruhi dan mempengaruhi kondisi BIOLOGIS, PSIKOLOGIS dan SOSIAL dari penderitanya.
3. Kedokteran Psikosomatik dari segi keilmuan adalah cabang spesialisasi dalam Psikiatri/Ilmu Kedokteran Jiwa yang disahkan oleh American Psychiatric Association sebagai subspesialisasi ke-7 tahun 2001 dan disahkan pula oleh American Medical Board of Specialties tahun 2003.
4. Sebelum konsep kedokteran Psikosomatik dikemukakan sebagai sub-spesialisasi psikiatri, dunia kedokteran telah mengenal terlebih dahulu Consulation Liaison Psychiatry, suatu cabang ilmu psikiatri yang bekerja sama dengan sejawat spesialisasi lain untuk merawat pasien medis yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

b. Apa yang dilakukan oleh dokter yang berkecimpung dalam Psikosomatik adalah merawat pasien-pasien yang :
1. Pasien dengan penyakit medis, penyakit saraf atau penyakit bedah yang kondisinya akut atau kronis yang memiliki gangguan psikiatrik dan gangguan itu secara bermakna mempengaruhi perawatan dan kualitas hidup pasien. Contoh dari keadaan ini misalnya pasien diabetes (penyakit gula) yang mengalami depresi. Depresi pada penyakit diabetes bisa disebabkan karena seringkali penyakit ini menurunkan kemampuan pasien sebagai individu. Selain itu juga dalam bidang psikosomatik, terbukti adanya kaitan antara peran sistem dalam tubuh penderita diabetes yang memicu terjadinya depresi. Pasien luka bakar yang hebat juga bisa membuat si penderita merasa tidak mampu lagi menghadapi hidup. Seringkali pasien seperti ini jatuh ke dalam kecemasan dan depresi karena ketakutan akan hidupnya di masa depan. Pasien stroke juga sering kali (25%) mengalami depresi setelah serangan stroke-nya. Hal ini dapat diakibatkan karena kerusakan otak juga karena adanya cacat atau ketidakmampuan yang menetap akibat stroke

2.Pasien dengan gangguan somatoform atau gangguan psikologis yang mempengaruhi kondisi fisiknya. Gangguan ini seringkali tidak disertai dengan bukti-bukti fisik yang mendukung adanya gangguan pada fisik pasien. Gangguan seperti inilah yang dahulu sering disebut sebagai gangguan psikosomatik. Contoh keadaan ini adalah ketika pasien mengeluh mengalami rasa sakit di seluruh tubuh yang berpindah-pindah yang ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain tidak ditemukan sesuatu yang bermakna dapat menjelaskan keadaan sakitnya (somatisasi). Ada juga pasien yang seringkali mengeluhkan adanya suatu gejala penyakit tertentu dan dia yakin kalau gejala tersebut ada walau setelah pemeriksaan tidak ditemukan apa-apa (hipokondriasis). Kasus seperti ini sangat banyak di masyrakat, merupakan pasien terbanyak yang sering datang ke Klinik Psikosomatik

3. Pasien dengan dengan gangguan psikiatrik yang merupakan hasil langsung dari penyakit yang dideritanya saat ini. Contohnya adalah demensia (pikun). Pasien demensia yang berat dapat mengalami gangguan psikologis dan perilaku. Kadang-kadang terdapat perilaku kacau tidak beraturan atau merasakan mendengar suara-suara halusinasi. Gejala-gejala seperti ini sering dialami apalagi dengan kondisi medis yang kurang baik.

c. Bidang ini belum berkembang baik di Indonesia, apa penyebabnya?
1. STIGMA yang melekat pada Psikiatri atau Ahli Kesehatan Yang Bergerak di bidang Kejiwaan sendiri merupakan sebab paling mendasar. Orang biasanya hanya berpikir bahwa yang datang ke Psikiater itu hanyalah orang yang mengalami gangguan jiwa yang berat atau GILA.

2. Orang berpikir bahwa gangguan jiwa bukanlah gangguan medis, jadi hal ini membuat sepertinya profesi psikiater itu berbeda dengan dokter-dokter pada umumnya. Padahal kita tahu bahwa untuk menjadi Psikiater seseorang harus melewati pendidikan dokter umum terlebih dahulu dilanjutkan dengan pendidikan dokter spesialis Psikiatri. Psikiatri itu merupakan bidang keilmuan dalam kedokteran dan bukan dalam psikologi.

3. Terminologi umum tentang Psikosomatik selama ini hanyalah merujuk pada suatu gangguan jiwa yang mempunyai keluhan utama gejala fisik walaupun tidak dapat ditemukan patofisiologi atau dasar keluhan fisik itu. Itulah yang dalam psikiatri disebut sebagai gangguan Somatoform yang terbagi menjadi somatisasi dan hipokondriasis. Hal ini tidak sepenuhnya salah hanya kurang luas.
4. Belum menyebarnya informasi tentang Psikosomatik di kalangan dokter, kebanyakan mengira gangguan ini hanyalah gangguan malingering atau gangguan yang dibuat-buat pasien. Padahal perkembangan ilmu kedokteran khususnya di bidang Neuroendokrin, Psikoneuroimunologi dan Psikofarmakologi dapat menjelaskan hal ini.

5. Konsep pendekatan BIOPSIKOSOSIAL belum semuanya dianut oleh dokter, secara umum kita merasakan kepentingan untuk memperhatikan fisik dahulu baru kemudian mental. Padahal gangguan jiwa itu asalnya dari gangguan fisik di otak yaitu ketidakseimbangan neurotransmitter di otak yang sayangnya memang tidak bisa terdeteksi dengan alat-alat seperti CT-Scan/MRI. Namun sekarang hal itu bisa dilakukan dengan fMRI atau Pet-SCAN. Hal ini juga yang terjadi pada gangguan Psikosomatik. Pasien dan dokter biasanya sibuk mencari dasar gangguan fisik yang dikeluhkan dan lupa bahwa kondisi itu dapat disebabkan karena suatu gangguan kesehatan jiwa yang mempunyai dasar kelainan di otaknya.
6. Perlu diingat bahwa kebanyakan dasar dari gangguan Psikosomatik adalah Depresi dan Kecemasan yang biasanya tidak akan hilang tanpa pengobatan yang tepat dari ahli kesehatan jiwa khususnya yang bergerak di bidang PSIKOSOMATIK. Pengobatan dengan terapi farmakologi, terapi kognitif dan perilaku telah dibuktikan oleh penelitian yang panjang dan lama sangat berguna bagi pasien yang mengalami gangguan Psikosomatik.